This website uses cookies to ensure you get the best experience on our website.
Jakarta, Indonesia
Kenali Neurodivergent, Keanekaragaman Saraf yang Istimewa!
Neurodivergent sudah banyak dikenali sebagai kenakeragaman saraf yang unik dan sangat istimewa. Yuk kita kenali apa saja jenisnya!

Kenali Neurodivergent, Keanekaragaman Saraf yang Istimewa!

SPECIALSUPPORT.OR.ID---Neurodivergent saat ini sudah mulai dikenal oleh masyarakat luas dan dianggap bagian dari keunikan yang ada pada diri seseorang. Melansir dari laman Cleveland Clinic, neurodivergent adalah istilah nonmedis yang menggambarkan perbedaan perkembangan dan cara kerja otak pada seseorang karena alasan tertentu.

Seseorang dengan kondisi neurodiversitas umumnya punya kekuatan dan tantangan yang istimewa dalam menjalani hidupnya karena kondisi otak yang berbeda dengan orang Neurotypical. Sementara itu, Neurotypical adalah sebutan bagi orang yang memiliki kondisi otak pada umumnya dan tidak memiliki ciri khas tertentu. .

Meski neurodivergent bukan merupakan istilah medis tertentu, namun beberapa penyandangnya bisa jadi memiliki kondisi medis tertentu. Lalu jenis neurodivergent apa saja? Parents, yuk kenali satu persatu!

Jenis-jenis neurodiversitas yang dikenal saat ini

Istilah sederhananya, neurodivergent adalah sebuah keanekaragaman saraf yang mengacu pada bagaimana cara otak bekerja dalam memproses informasi yang didapat. Menjadi seorang neurodivergent tak selalu dikaitkan dengan kecerdasan yang rendah, mereka hanya melihat dunia secara berbeda, dan banyak juga yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

Keanekaragaman saraf ini ada banyak macamnya, melansir dari laman National Health Service, yuk kita kenali lebih jauh tentang neurodivergent apa saja?

1. Autism Spectrum Disorder (ASD)

Autism Spectrum Disorder (ASD) atau banyak dikenal dengan istilah autis (autism) adalah sebuah gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi perkembangan Bahasa, kemampuan berkomunikasi, berinteraksi (bersosialisasi), dan berperilaku.

2. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau ADD

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau sering dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (ADD) merupakan jenis neurodiversitas yang ditandai dengan kesulitan untuk fokus, mengendalikan perilaku impulsif, hingga terlalu aktif pada kehidupan sehari-hari. .

3. Diskalkulia

Diskalkulia merupakan salah satu jenis neurodivergent yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang saat belajar (learning disability). Beberapa ciri khasnya seperti tidak mampu dalam berhitung, lemah pada persepsi sosial, mengalami gangguan memori, kurang bisa memahami waktu dan konsep arah.

4. Disleksia

Disleksia menjadi salah satu jenis neurodiversitas yang kerap terabaikan oleh orang tua dan baru ketahuan ketika benar-benar diteliti lebih lanjut. Disleksia merupakan sebuah gangguan proses belajar yang berkaitan dengan proses menulis, membaca, mengeja, hingga saat berbicara.

5. Dyspraxia atau Developmental Coordination Disorder (DCD)

Dyspraxia adalah gangguan yang kerap mulai muncul pada masa kanak-kanak dan ditandai dengan gangguan pergerakan atau koordinasi gerak akibat adanya kelainan pada system saraf. Misalnya, keterlambatan duduk, berjalan, melompat, dan lain sebagainya.

6. Misofonia

Misofonia adalah jenis neurodivergent yang menyangkut sensitifitas pada suara tertentu. Orang dengan kondisi ini akan merasa kesal, marah, hingga panik bila mendengar suara-suara tertentu, seperti air yang menetes, suara orang mengunyah, atau suara yang terdengar berulang.

7. Down Syndrome

Kenali Neurodivergent, Keanekaragaman Saraf yang Istimewa01

Down syndrome atau sindrom down merupakan kelainan genetik kromosom 21 yang dapat menyebabkan beberapa keterlambatan perkembangan hingga intelektualnya. Kelainan genetik ini disebabkan karena adanya pembelahan sel abnormal yang kemudian menghasilkan materi genetik ekstra dari kromosom 21.

8. Sensory Processing Disorder

Sensory Processing Disorder merupakan bentuk neurodiversitas yang memengaruhi bagaimana otak bekerja saat menerima informasi sensorik. Sensorik sendiri biasanya berkaitan dengan panca indera seperti penglihatan, penciuman, pendengaran, dan sentuhan.

9. Schizophrenia (skizofrenia)

Skizofrenia adalah sebuah kondisi yang memengaruhi cara orang berpikir, merasakan, hingga berperilaku dengan jelas. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun ini merupakan kombinasi dari genetika, lingkungan, hingga perubahan pada struktur otak.

10. TIC Disorder atau Sindrom Tourette

Sindrom Tourette adalah jenis neurodiversitas yang ditandai dengan gerakan motorik atau gerakan vokal yang berulang dan seringnya sulit dikendalikan oleh penderitanya. Kondisi ini umumnya merupakan bawaan ketika lahir.

11. Obsessive-compulsive disorder (OCD)

Obsessive-compulsive disorder adalah suatu kondisi yang meliputi pikiran berlebih yang berujung pada perilaku berulang (kompulsif). Orang dengan kondisi ini kerap merasakan ketakutan berlebihan dan berpusat pada hal-hal tertentu, misalnya takut pada ruangan yang berantakan dan tidak teratur, ketakutan pada kuman, dan masih banyak lagi.

12. Epilepsy (Epilepsi)

Kondisi ini merupakan sebuah kelainan pada aktivitas sel saraf di otak sehingga menyebabkan kejang. Epilepsi bisa merupakan kelainan genetik, cedera otak, atau ada trauma hingga stroke. Umumnya ketika mengalami hal ini, orang tersebut akan kehilangan kesadarannya.

13. Bipolar

Bipolar merupakan sebuah kondisi yang berkaitan dengan kesehatan mental seseorang yang menyebabkan orang tersebut sering mengalami perubahan pada suasana hati, mulai dari depresi terendah hingga yang tertinggi.

14. Borderline Personality Disorder (BPD)

Borderline Personality Disorder atau gangguan kepribadian ambang ditandai dengan ketidakstabilan pada emosi, merasa tidak berharga, sering memiliki rasa tidak aman, impulsif, hingga memiliki gangguan hubungan sosial.

15. Narcissistic Personality Disorder (NPD)

Narcissistic Personality Disorder atau dikenal sebagai gangguan kepribadian narsistik dimana orang tersebut selalu menganggap dirinya jauh lebih penting dibandingkan orang lain. Gangguan ini kerap ditemukan pada pria dan memerlukan sejumlah terapi untuk memulihkannya.

16. Antisocial personality disorder (ASPD)

Kondisi ini sering dikenal dengan antisosial, dimana penderitanya sering mengabaikan orang lain. Mereka dengan diagnose antisosial biasanya disertai dengan kerap berbohong, melanggar hokum, bertindak impulsif, hingga mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain.

17.Dissociative Identity Disorder (DID) atau OSDD

Special Support

Dissociative Identity Disorder (DID) atau Other specified dissociative disorder (OSDD) merupakan gangguan mental dengan ciri-ciri penyandangnya memiliki dua atau lebih jenis kepribadian yang ada dalam dirinya. Umumnya orang dengan kondisi ini tetap memiliki kepribadian inti namun disertai dengan kepribadian lainnya (kepribadian alternatif).

18. Complex Post Traumatic Stress Disorder (CPTSD)

Jenis-jenis neurodivergent lain yang juga butuh penanganan lebih lanjut adalah Complex Post Traumatic Stress Disorder (CPTSD) yang membuat penyandangnya memiliki gangguan kecemasan terhadap sebuah peristiwa traumatis yang pernah ia alami. Peristiwa tersebut bentuknya bisa beragam, misalnya mengalami bencana alam, kecelakaan, pemerkosaan, atau apa saja yang sempat mengguncang jiwanya.

19. Histrionic Personality Disorder (HPD)

Jenis neurodiversitas yang satu ini akan memengaruhi cara seseorang berpikir dan bersosialisasi dengan orang lain. Pengidap gangguan kepribadian histrionik kerap mencari perhatian, berbicara sangat dramatis, mudah terpengaruh, hingga emosi yang tidak stabil.

20. Acquired Brain Injury (ABI)

Acquired Brain Injury (ABI) atau cedera pada otak merupakan sebuah kondisi dimana penderitanya mengalami kerusakan otak yang disebabkan oleh beberapa hal, misalnya ketika lahir, kelainan genetik, penyakit saat berada di dalam kandungan, hingga hipoksia prenatal.

21. Synesthesia (Synthesia)

Melansir dari laman Kementerian Kesehatan, Synesthesia merupakan sebuah gangguan indera yang membuat penyandangnya bisa melihat suara dan bisa mendengarkan warna. Kondisi ini memang sangat unik dan bagi penderita sindrom tersebut, mereka memiliki mental yang sangat kuat, terutama yang berhubungan dengan suara serta warna.

Penulis: Novia Luciana

Editor: Neni Retno & Lilim Abullaits

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Math Captcha
59 − 50 =