This website uses cookies to ensure you get the best experience on our website.
Jakarta, Indonesia
Autisme Bukan Hambatan! Apa yang Harus Orang Tua Lakukan?
Autisme pada anak bukan akhir dari segalanya! Ini gejala yang harus Parents waspadai supaya penanganan bisa sedini mungkin!

Autisme pada Anak Terjadi Antara 1 Dari 100 Anak, Bagaimana Menyikapinya?

SPECIALSUPPORT.OR.ID---Autisme saat ini sudah banyak dikenali oleh para orang tua dan sebagian besar menganggap anak dengan spektrum autis tetap bisa hidup mandiri seperti anak tipikal lainnya. Autisme pada anak bisa terjadi dalam banyak kondisi dan belum diketahui pasti apa penyebab utamanya.

Melansir dari laman World Health Organization (WHO), sekitar 1 dari 100 anak kemungkinan besar menderita ASD (Autism Spectrum Disorder) dan umumnya karakteristik tersebut dapat terdeteksi pada anak usia dini meski faktanya Autisme juga sering kali tidak terdiagnosa hingga usia lanjut. Diagnosa Autisme ini tidak bisa tegak dengan sendirinya atau dengan ilmu kira-kira, Parents wajib berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anak atau dokter tumbuh kembang anak supaya diagnosa yang diberikan tepat.

Kemampuan dan kebutuhan penyandang autisme pada anak bisa berbeda antara individu satu dengan lainnya. Sejumlah terapi intensif mungkin diperlukan supaya anak istimewa Parents bisa semakin baik perkembangannya. Yuk kenali autisme pada anak lebih lanjut!

Mengenal Autisme pada anak supaya terdeteksi sedini mungkin

Children autism

Melansir dari laman National Institute of Mental Health (NIMH), Autism Spectrum Disorder adalah kelainan neurologis dan perkembangan yang akan mempengaruhi cara berinteraksi, berkomunikasi, belajar, hingga berperilaku. Secara umum, autisme adalah gangguan perilaku yang cukup luas ciri-cirinya, oleh karena itu, gangguan ini disebut spektrum karena jenis dan tingkat keparahan gejala yang dialami setiap individu sangat bervariasi.

Beberapa orang penyandang autis mampu hidup mandiri namun ada juga yang harus didampingi seumur hidupnya. Meski fakta ini mengejukan, namun Parents tak perlu khawatir karena yang terbaik saat ini adalah pendampingan penuh untuk anak-anak istimewa agar mereka bisa merasa disayang dan diterima seutuhnya.

Melansir dari laman Autism Speaks, tanda-tanda autisme bisa muncul pada usia 2 atau 3 tahun, namun kertelambatan perkembangan dapat muncul lebih awal dan bisa terdiagnosa ketika si kecil berusia 18 bulan. Sebuah penelitian juga mengungkapkan bahwa intervensi sejak dini terhadap gejala autisme yang mungkin ada pada anak, dapat memberikan hasil positif bagi penderita autis di kemudian hari.

Sekitar tahun 2013, American Psychiatric Association telah menggabungkan empat diagnosis autis yang berbeda menjadi satu diagnosis ASD (Autism Spectrum Disorder). Keempat gangguan autis tersebut adalah:

- Gangguan autistik (autistic disorder)

- Gangguan disintegrasi masa kanak-kanak (childhood disintegrative disorder)

- Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Specified (PDD-NOS)

- Sindrom Asperger (Asperger syndrome)

Dalam perkembangan studi mengenai autisme, terdapat beberapa kondisi yang terjadi bersamaan seperti:

- Epilepsi

- Gangguan hiperaktif

- Susah fokus atau memusatkan perhatian

- Kepekaan sensorik

- Gangguan tidur

- Gangguan gastrointestinal (GI)

- Kejang

- Kecemasan

- Depresi

Sekali lagi, setiap gejala akan berbeda jadi tetap optimis dan berusaha semaksimal mungkin ya.

Ciri-ciri autisme pada anak yang perlu diwaspadai

Autisme anak

Setiap gejala autisme pada anak bisa jadi berbeda, namun Parents harus tetap waspada dengan mengenalinya lebih awal. Berikut ini ada beberapa ciri-ciri autisme pada anak yang sering terdeteksi:

1. Kontak mata yang kurang

Anak dengan diagnosa autis umumnya tidak terlalu suka menatap mata orang lain dalam waktu yang lama. Jika pada anak tipikal kontak mata bisa lebih lama, namun pada anak autis bisa terjadi hanya dalam hitungan detik saja.

2. Masalah komunikasi dan sosialisasi

Masalah komunikasi dan sosialisasi ini sering menjadi tanda paling jelas anak mengalami autisme. Jangan anggap sepele apa yang tampak di awal, Parents perlu mencermatinya supaya bila memang ada gejala autis pada si kecil, dapat segera ditangani dengan baik. Berikut ini beberapa masalah komunikasi dan sosialisasi yang kerap muncul:

- Tidak merespon saat Namanya dipanggil meski pendengarannya normal.

- Kurang mampu memulai percakapan atau meminta sesuatu dengan isyarat.

- Muncul pengulangan kata (ekolalia), namun belum memahaminya dengan tepat.

- Lebih suka bermain sendiri dengan dunianya.

- Pada beberapa anak autis sering menghindar ketika kontak fisik dengan orang lain, namun pada kasus lainnya, anak suka sekali memeluk bila merasa cemas atau takut.

Masalah komunikasi dan sosialisasi ini belum mencakup semua, perlu pemeriksaan lebih intensif untuk menegakkan diagnosanya ya Parents.

3. Kurang fleksibel atau hanya menyukai aktivitas tertentu

Beberapa anak autis cenderung lebih menyukai aktivitas tertentu dalam waktu yang sangat lama, begitu juga dengan menu makanannya. Biasanya jika dirubah ia akan marah dan ingin kembali pada kebiasaan lamanya. Kegiatan lain yang kerap dilakukan misalnya menyusun mainan sejajar lalu jika dirubah ia akan marah.

4. Melakukan perilaku berulang

Autisme seringkali berkaitan erat dengan perilaku berulang seperti stimming atau flapping. Contohnya, mengibaskan tangan berulang kali, berputar-putar, atau mengayunkan tubuh ke depan dan belakang dalam jumlah yang tak bisa ditentukan.

Tanggapan WHO tentang Autisme

anak autis

Autisme ini rupanya mendapatkan perhatian penuh dari Lembaga kesehatan dunia seperti WHO. Melansir dari laman resmi World Health Organization (WHO), pada bulan Mei 2014, Majelis Kesehatan Dunia ke-67 membuat sebuah resolusi bertajuk “Comprehensive and coordinated efforts for the management of autism spectrum disorders” dan telah mendapatkan dukungan sebanyak 60 negara untuk mengatasi situasi ini.

Salah satu fokus yang WHO tekankan adalah mempromosikan lingkungan yang inklusif dan mendukung penuh penyandang autisme atau disabilitas lain agar dapat hidup sama seperti orang tipikal lainnya. Untuk mewujudkan itu, WHO turut berkontribusi mengupayakan tenaga medis dan rumah sakit atau klinik yang mumpuni agar penyandang autis mendapatkan perawatan yang tepat.

Lakukan pemeriksaan dini jika terdapat gejala autisme pada anak agar penanganan dan perawatannya lebih tepat. Jangan ragu atau menghindari hal ini karena autisme bukan hal yang tabu. Yuk rangkul anak istimewa kita!

Penulis: Novia Luciana

Editor: Neni Retno & Lilim Abullaits

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Math Captcha
88 − 82 =